Ulasan Buku: Pedro Páramo (Juan Rulfo)



Novel ini dimulai dengan tokoh Juan Preciado yang mengunjungi Comala. Juan Preciado berjanji pada mendiang ibu untuk menemukan Pedro Paramo, lelaki yang pernah dinikahi ibunya dan ayah kandung Juan Preciado. Namun sesampainya di Comala, kisahnya menjalar jauh dari tujuan kedatangannya. Comala sepi ditinggal penduduknya yang mati, tapi enggan meninggalkan kota itu. Kegelisahan dan segala dosa mereka pun diceritakan lewat penuturan yang tumpang tindih, tapi anehnya terasa menarik untuk diikuti. 


Alih-alih merasa bosan atau kesal, cara bercerita Juan Rulfo di novel ini justru membuat saya terus membacanya sampai akhir. Mengikuti suara-suara misterius tokoh ceritanya, rasanya seperti melihat sesuatu dari kejauhan, mencoba menafsirkannya, sebelum akhirnya mendekat dan kita bisa lihat jelas wujud sesuatu itu. Misalnya saat menebak-nebak siapa sosok yang sedang bercerita tentang masa lalunya, dan apakah orang ini sudah mati.

Banyak saran untuk membaca kisah ini dengan perlahan. Tapi saya merasa alurnya cukup cepat dan tidak bertele-tele. Gabriel Garcia Marquez baru bisa tidur nyenyak setelah dua kali membaca novel Pedro Paramo karya Juan Rulfo ini. Marquez bahkan menulis kata pengantar yang berapi-api untuk novel ini, dan berkata bahwa dalam sepuluh tahun sebelum membaca novel ini dia tak pernah merasa begitu tergugah. Well, setelah usai membacanya, ternyata kata-kata Marquez itu sama sekali tidak berlebihan.

Comments

Popular Posts